Rabu, 24 Oktober 2007

Jombang Dilanda Kekeringan

FOTO: KERING. Salah satu sungai di Desa Watugaluh, Diwek, Jombang yang biasanya dipenuhi air. Foto diambil Rabu (10 Oktober 2007). FOTO-FOTO: M Chabib S
TAHUN ini, musim kemarau terasa sangat panjang. Hingga memasuki bulan Oktober ini, belum ada tanda-tanda akan segera turun hujan. Padahal, pada tahun sebelumnya bulan September sudah mulai turun hujan.
Akibatnya banyak petani yang mengeluh. Karena selain akibat kekeringan, juga diakibatkan harga pupuk dan bibit yang juga ikut melonjak. Untuk mengatasi kekeringan itu, mereka harus menggunakan diesel untuk mengairi lahan pertanian yang mulai kering. Terlihat di beberapa lahan pertanian, seperti di Desa Mejoyolosari, Kec Gudo, lahan tebu yang mulai kering. Kemudian di Desa Krembangan dan masih banyak lagi lahan di wilayah Kabupaten Jombang yang mengalami nasib yang sama.
Seperti pengakuan Musta’in, warga Desa Mejoyolosari, Gudo, ia mengeluhkan tidak adanya bantuan dari pemerintah terkait terjadinya kekeringan di desanya. "Kekeringan yang panjang ini, seharusnya pemerintah dapat membantu mendirikan sumur beserta diesel untuk membantu mengurangi kerugian yang diderita petani," harapnya.
Apalagi, lanjutnya, saat ini banyak tanaman tebu yang mulai mengering, juga tanaman jagung yang tidak bisa tumbuh normal akibat kurang air. "Jika hal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin petani mengalami kerugian yang cukup besar, karena gagal panen. Hal itu juga disebabkan tingginya harga pupuk dan bibit yang terus naik," tambahnya.
Kondisi ini juga dikeluhkan oleh beberapa petani lainnya. Umumnya, mereka mengeluhkan semakin beratnya beban petani, dengan semakin panjangnya musim kemarau ini. Apalagi, saat ini harga jual hasil pertanian semakin menurun, sementara biaya operasional semakin tinggi.
Ia juga mengungkapkan, per jamnya, untuk menyewa diesel itu antara Rp 10.000-Rp 15.000. Padahal per lahan pertanian biasanya menghabiskan waktu minimal 10 jam. Sedangkan maksimal seminggu sekali harus mengairi sawah. "Tinggal mengalikan, jika rata-rata tanaman tumbuh tiga bulan. Berapa rupiah yang harus dikeluarkan petani dalam sekali tanam hanya untuk keperluan air," keluhnya.
Kekeringan yang terjadi saat ini, salah satu penyebabnya karena banyaknya lahan hutan yang gundul, yang dilakukan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Sehingga hutan yang gunanya sebagai resapan air tidak dapat secara maksimal fungsinya.
Akibat lain dari hilangnya beberapa lahan hutan, jika musim hujan tiba, maka akan mengakibatkan tanah longsor dan banjir. Hal inilah yang sampai saat ini belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat. Terlihat dari tahun sebelumnya, bagaimana daerah Wonosalam, Jombang juga terkena bencana, kemudian di beberapa daerah lainnya di Jawa Timur seperti juga Jember mengalami nasib serupa.
Jadi, musim kemarau dan hujan sama-sama menguntungkan dan merugikan. Jika hujan, yang diuntungkan petani, tapi yang dirugikan pengusaha dan mereka yang hidup di sekitar hutan karena terancam jiwanya. Sementara saat musim kemarau, petani dirugikan dan pengusaha diuntungkan. Karena aktifitas mereka tidak terganggu adanya hujan. Yang terpenting bagaimana kita menyikapi dan mensyukuri semua cobaan itu